Maestro Judi Pembuat ‘Kota Paling Aneh’ Mengklaim Jadi Target Mata-Mata Tiongkok

Seorang raja judi pembuat “Kota Paling Aneh” mengaku telah jadi target mata-mata Tiongkok.

Maestro judi kontroversial yang berhasil diringkus di Thailand pada tahun 2022 lalu atas perintah dari pemerintah Tiongkok saat ini ia ada di kursi roda karena tindakan tidak manusiawi karena ia diculik di Thailand, ujar sang pengacara.

Pengusaha Kamboja Tiongkok She Zhijiang merupakan ketua dari Yatai International Holdings Group yang teregistrasi di Hong Kong. Perusahaan tersebut bertanggung jawab terkait pengembangan kota baru Yatai atau Shwe Kokko yang lokasinya ada di negara bagian Kayin (Karen) Myanmar dan jadi lokasi semi-ilegal.

Proyek tersebut dianggap sebagai pusat bisnis teknologi tinggi seperti Singapura, “Smart City” dan “sains dan teknologi perjudian serta hiburan, pertanian, pariwisata, dan budaya, berdasarkan dari dokumen perencanaan.

Namun sebaliknya proyek ini malah jadi sarang kasino baru, judi online ilegal, perdagangan manusia, dan operasi penipuan lainnya berdasarkan laporan.

Operasi Judi Ilegal

Pembangunan tersebut merupakan salah satu proyek paling aneh di dunia, sebuah kota boom neon yang ada di wilayah perang dan dikendalikan oleh pemberontak etnis yang sudah berjanji untuk setia ke junta militier sembari mempertahankan otonomi de facto.

Ia saat ini tengah berjuang melawan ekstradisi ke negara asalnya yaitu Tiongkok di mana ia sedang dicari karena menjalankan operasi judi online ilegal dari Asia Tenggara dengan target warga Tiongkok.

Pada tahun 2024 saja ia dapat hukuman secara in absentia oleh pengadilan Tiongkok karena telah terbukti mengoperasikan bisnis lotere ilegal dari Filipina dan targetnya adalah warga Tiongkok. Dari bisnis tersebut ia berhasil mendapatkan keuntungan sebesar $298 juta untuk She, laporan dari jaksa Tiongkok.

Selain itu, ia dikenal sebagai Dylan She, She Kailun, She Lunkai, dan Tang Kriang Kai telah mengklaim penangkapannya di Bangkok atas pemberitahuan dari Interpol bahwa ia merupakan mata-mata dari Tiongkok yang tidak patuh akan perintah. Ia mengatakan penangkapannya ada motif politik di baliknya, bahkan di balik tahanan ia akan dibunuh jika ia berani kembali ke negara asalnya.

Pada sebuah surat yang dilayangkan ke Interpol pada 9 Januari 2025 lalu, pengacara She mengklaim bahwa klien mereka memang ditahan di sel isolasi, dirantai, dan mengalami kekerasan sehingga membuatnya sulit untuk berjalan. Ia juga ditolak dalam perawatan medis dan kontak dengan keluarga, sedangkan ia jadi sasaran dalam kunjungan yang tidak diinginkan dari pejabat Tiongkok.

Sang pengacara berharap bisa membujuk Interpol dalam menolak pemberitahuan ‘merah’ yang telah diminta oleh Tiongkok. Dengan aturan tersebut badan penegak hukum internasional dilarang untuk mendukung penangkapan yang bemotif politik.

Pengawasan Intelijen Asing

Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, ia mengatakan bahwa ia sudah direkrut oleh Kementerian Keamanan Negara Tiongkok untuk mengawasi intelijen asing di tahun 2016 lalu sebagai imbalan dari pemerintah yang membatalkan kasus judi ilegal. Ia juga mengatakan Tiongkok ingin membangun suatu kelompok di Myanmar sebagai bagian dari rencana ekonomi tertentu.

Ia selalu mengatakan dalam literatur promosi bahwa pembangunan Yatai merupakan bagian dari strategi pengembangan infrastruktur global Beijing dengan rencana jangka panjang sehingga bisa mengembangkan jaringan perdagangan global yang pusatnya ada di Tiongkok pada tahun 2049 mendatang.

Pemerintah Tiongkok secara tegas membantah dalam mendukung pembangunan tersebut, namun mereka juga tidak memberikan sanksi terkait dengan proyek perjudian luar negeri.

Diketahui pada Desember 2023 saja Inggris telah memberikan sanksi ekonomi untuk She terkait dengan hubungannya di kasus “skema kerja paksa” yaitu “korban malah diperdagangkan untuk bekerja di peternakan penipuan daring”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *